Kisah Abu Nawas Demo Rumah Pejabat Merampas Hak Rakyat

Humor80 Dilihat

Annahdlah.com – Dikisahkan pada suatu masa di Baghdad Irak, ada seorang pejabat tinggi kerajaan yang dikenal tamak dan sewenang-wenang. Ia kerap merampas tanah orang miskin untuk memperluas rumah dan kebunnya.

Jika ada yang berani protes, ia gunakan pengaruh dan jabatannya untuk menindas. Rakyat hanya bisa mengeluh, namun tak berdaya menghadapi kekuasaannya.

Kabar tentang keserakahan pejabat itu sampai ke telinga Abu Nawas, yang dikenal licik tapi bijak. Sering menggunakan akalnya untuk melawan ketidak adilan dengan cara membuat orang tertawa sekaligus merenung.

Melihat penderitaan rakyat, Abu Nawas tidak tinggal diam, ia berkata jika kita tidak mampu melawan dengan pedang, kita harus melawan dengan akal, maka ia menyusun rencana.

Suatu pagi ia mendatangi alun-alun kota dan berteriak sangat lantang, wahai rakyat Baghdad. Aku akan mengajarkan bagaimana cara menuntut hak kalian tanpa harus mengangkat senjata.

Rakyatpun berkumpul, Abu Nawas pun berkata, hari ini kita akan berdemo didepan rumah sang pejabat. Tapi bukan dengan teriakan marah, melainkan dengan akal.

Dengan wajah serius bercampur nakal, Abu Nawas membagi rakyat ke dalam beberapa kelompok. Kalian yang di depan bawalah jangkul dan kapak, pura-puralah kalian ingin membantu memperluas rumah pejabat.

Kalian yang ditengah bawalah kendi air, seolah-olah hendak mengairi kebunnya. Kalian yang dibelakang bawa periuk dan panji, seakan-akan siap memasak untuk pesta besar dirumahnya.

Dan aku akan membawa selembar kain putih besar sebagai tanda rumah ini siap dijual karena pemiliknya sudah terlalu kaya. Rakyat pun menahan tawa, namun semangat mereka berkobar.

Beriringanlah mereka menuju rumah sang pejabat. Setibanya disana Abu Nawas berdiri paling depan sambil berteriak, hidup pejabat dermawan, ia telah merampas tanah rakyat berarti ia sedang butuh tanah yang lebih luas, mari kita bantu dia memperluas rumahnya sampai Baghdad penuh.

Rakyatpun bersorak mengangkat jangkul dan kapak, pura-pura  hendak menggali pekarangan sementara yang lain berteriak kami bawakan air gar kebunmu yang luas bisa tumbuh jadi hutan Baghdad.

Suasana menjadi gaduh, tapi dengan tawa dan ejekan halus. Sang pejabat yang sedang beristirahat didalam rumah, kaget bukan main. Ia keluar dengan wajah merah padam.

Apa-apaan ini, mengapa kalian menyerbu rumahku. Abu Nawas menjawab dengan wajah polos, bukankah tuan sangat gemar memperluas rumah dengan merampas tanah rakyat..?

Kami rakyat kecil tidak mau ketinggalan, jadi kami datang untuk membantu memperluas sampai tanah Baghdad habis, biar seklian kami tidur diatas atap rumahmu, karena tanah kami sudah kau rampas.

Rakyat pun bersorak sambil tertawa, pejabat itu semakin geram, namun ia tak bisa berbuat banyak. Jika ia mengusir rakyat akan semakin keras bersuara. Jika ia melapor ke khalifah tentu akan malu karena kelicikan Abu Nawas pasti terbongkar.

Abu Nawas menggelar kain putih di depan rumah itu, sambil berseru perhatian.. perhatian..! Rumah pejabat serakah ini kami jual sebab ia sudah memiliki rumah dihati rakyat, rumah kebencian. Galak tawa meledak dan berita ini cepat merebak keseluruh negeri Baghdad.

Sang pejabat ini ketakutan akan kehilangan muka. Akhirnya ia mengundang Abu Nawas diam-diam, memohon agar ia menghentikan ejekan rakyat. Dengan nada menekan tapi halus, Abu Nawas berkata, aku hanya akan menghentikan demo ini jika engkau kembalikan tanah rakyat yang kau rampas.

Tidak ada jalan lain, pejabat itu terpaksa menyerahkan kembali tanah-tanah itu kepada pemiliknya. Sejak saat itu ia tidak lagi semena-mena, sebab ia tahu Abu Nawas dan rakyat bisa kembali datang dengan cara yang lebih memalukan.

Rakyatpun bersyukur dengan merayakan kemenangan dengan tawa, sementara Abu Nawas hanya tersenyum.

Kisah ini memberikan gambaran bahwa keadilan tidak selalu ditegakkan dengan pedang, kadang cukup dengan sedikit akal dan banyak galak dan tawa. “Wallahu a’lam bishawab.”

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terkini