Annahdlah.com – Peresmian Gedung baru Sekretariat Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Gorontalo oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf dan Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail, Kamis (22/5) lalu, menghadirkan nuansa yang berbeda dengan proses peresmian gedung lainnya di Gorontalo.
Hadirnya “9 Polutube” yang mengepulkan (wobu-wobulo) asap yang harum semerbak, dengan kemenyan (dupa) atau “alama” dalam Bahasa Gorontalo, menjadi pemandangan yang unik dan menarik yang seakan mengundang pertanyaan, apa makna dibalik itu semua itu.
Meski dalam tataran masyarakat Gorontalo, Polutube adalah hal yang biasa, karena sering dijumpai dalam setiap prosesi adat-istiadat dan tradisi Gorontalo, seperti Molonthalo, Mongaruwa dan Mongadi Salawati,
Namun jumlahnya yang ada 9 pada prosesi peresmian kali ini, mengundang rasa penasaran, apa yang menjadi tabir dibalik itu. Apakah ada makna filosofi yang diyakini oleh kaum Nahdhiyyin selam ini.
Jika di era digital, generasi sekarang akrab dengan istilah “Youtube” maka di Gorontalo bahkan sejak zaman dulu, sudah mengenal “Polutube”. Jika Youtube identik dengan jejaring dunia maya yang tak terbatas, maka Polutube lebih canggih lagi melalui jejaring “langitan” yang berdimensi spiritual.
Pada awal keberadaanya zaman dulu, “Polutube” dalam Bahasa Gorontalo bersumber dari 2 padanan kata, yakni “Polu” atau “Polu-Polu” yang mengandung arti “penuh” atau lebih penuh dan kata “Tube” yang mengalami perubahan (diftong) secara bahasa yang berarti “Tubo” (sembah).
Jika diaplikasikan ke dalam perbuatan (kata kerja) menjadi “Molubo” (menyembah). Polutube dengan demikian, merupakan wadah/alat untuk menunjukkan “kesungguhan” atau sebagai sebuah simbol yang menyatakan “penuh kesungguhan” seorang hamba, untuk (molubo) menyembah hanya kepada Sang Khalik, Maha Pencipta, Penguasa Langit dan Bumi, Allah SWT.
Sementara Kemenyan (Alama) maupun bahan yang harum lainnya (U’moonu) merupakan simbol keharuman jiwa seorang hamba yang sejatinya memancarkan sifat atau perbuatan yang baik atau tidak menyakiti hati siapapun. Tutur kata dan perilakunya menebarkan rasa yang menyenangkan hati orang lain.
Itulah sebabnya, orang tua Gorontalo dulu, sering menyertakan kata “Moonu” pada seseorang ketika menasehati atau memberikan wejangan kepada seorang anak laki-laki dan perempuan yang dilafadzkan secara lembut pada penghujung wejangan “Uti Liyo Moonu”, (bagi anak laki-laki) dan “Mbu’i Liyo Moonu” (bagi perempuan).
Berbeda dengan tradisi zaman animisme, bahwa asap yang mengepul dalam sebuah ritual dipandang sebagai mediator atau penghubung antara manusia dengan “Roh”, maka Polutube dengan alama di kalangan masyarakat Gorontalo, mengalami transformasi nilai yang bersumber dari ajaran Islam (Tauhid).
Oleh karena itu, Polutube dan alama yang mengepul dalam tradisi ritual adat tertentu di Gorontalo, bukan praktek “sesembahan” (kepada makhluk roh) atau syirik, melainkan berfungsi sebagai simbol keteguhan hati, kesungguhan hati untuk menghambakan diri kepada Sang Khalik (Hablun Minallah) dan mengemban Hablun Minannas pada sisi yang lain.
Bahkan “Polo’o” (Asap) dari kemenyan yang menebarkan aroma yang harum menuju belantara langit semesta, mengandung pesan-pesan spiritual kepada setiap umat, untuk memenuhi jagat raya ini dengan nilai-nilai tauhid, nilai-nilai kemanusiaan yang harus terus tumbuh dan berkembang.
Pesan spiritual itu disimbolkan melalui ungkapan “Polo-polo’o” yang memiliki makna lain dari “Motihubulo” yang menunjukkan semangat, komitmen dan tekad yang membara.
Adapun angka 9 dalam tradisi masyarakat Gorontalo, juga memiliki korelasi yang sangat erat dengan nilai-Islam yang sejak abad XVI sudah menganut filosofi : Adati hula-hula’a to syara’a, syara’a hulo-hulo’a to Quru’ani.
Oleh sebab itu, dalam perangkat adat di Gorontalo, terdapat ornamen-ornamen yang memiliki angka 9 yang dihubungkan dengan Surah At – Taubah (Surah 9) yang secara harfiah berarti “Taubat”.
Sehingga sikap dan perilaku seorang Gorontalo mencapai predikat “Bijaksana” yang memancarkan kedamaian, keteduhan, kesejukan yang berdimensi pada Hablun Minallah, Hablun Minannas dan Hablun Minal A’lam.
Dengan begitu, proses peresmian Gedung PWNU Provinsi Gorontalo yang menghadirkan 9 Polutube mengandung pesan-pesan moral yang begitu sakral yang berkorelasi dengan nilai-nilai tradisi masyarakat Gorontalo sebagai salah satu dari 19 daerah adat di Indonesia.