Annahdlah.com – Tak banyak yang tahu, di balik goresan-goresan indah kaligrafi yang kini membawanya ke ajang MTQ Nasional 2025, Safna Rusdi pernah hampir meninggalkan hobinya yang begitu dicintainya.
Mahasiswi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo (UNG) ini membuktikan bahwa ketekunan dan keberanian untuk bangkit bisa mengantar seseorang melampaui batasnya.
Safna mulai mengenal seni kaligrafi sejak 2017 yang lalu, saat masih duduk di bangku sekolah. Sejak itu, ia aktif mengikuti berbagai lomba, hingga akhirnya melanjutkan studi di UNG.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Tuntutan akademik sempat membuatnya berhenti sejenak. Ia merasa kehilangan arah dan mulai meragukan apakah dirinya masih pantas berada di dunia kaligrafi.
“Ada masa di mana saya merasa kemampuan saya sudah tertinggal jauh. Saya hampir tidak percaya diri lagi untuk ikut lomba,” ungkap Safna dengan penuh bahagia.
Namun, semangat itu perlahan tumbuh kembali. Didukung oleh lingkungan kampus dan para pembina yang melihat potensinya, Safna kembali mengambil pena dan kuas.
Ia berlatih dengan konsisten, menghidupkan kembali kemampuannya yang sempat tertidur. Usahanya membuahkan hasil manis: Juara I Kaligrafi Dekorasi Putri MTQ tingkat universitas dan kini, lolos ke tingkat pranasional.

Lolosnya Safna ke ajang nasional bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga menjadi cerminan kekuatan mental, ketekunan, dan kecintaan pada seni Islam. Goresan tintanya tak hanya membentuk huruf, tapi juga menyusun kisah perjuangan.
Kini, Safna tengah mempersiapkan diri untuk tampil di ajang Nasional. Ia membawa harapan besar, tak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk UNG dan semua mahasiswa yang pernah merasa ragu terhadap potensi mereka.
Bagi Safna, proses kembali bangkit jauh lebih penting daripada hasil akhir. Ia berharap keikutsertaannya di ajang nasional dapat menginspirasi generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk tetap percaya pada proses dan tidak menyerah saat menghadapi keraguan.
“Setiap goresan yang saya buat bukan hanya tentang estetika, tapi juga tentang doa dan harapan. Kaligrafi telah mengajarkan saya kesabaran, ketekunan, dan keberanian untuk terus berjalan, meski lambat,” pungkasnya.
Pewarta: Fajar
Editor: Redaksi











